Pagelaran Seni Wayang Kulit, Kesenian Tertua di Indonesia
By admin on September 27, 2013 -
Dibaca : 789 kali

Diantara sekian banyak kekayaan dalam
bidang seni dan budaya yang dimiliki Indonesia, pagelaran wayang kulit
adalah salah satu yang juga populer serta menonjol, meski saat ini
mungkin penggemar, penikmat serta peminatnya tidak semembludak di jaman
dulu, namun pagelaran wayang kulit masih eksis hingga sekarang. Dalam
sebuah pagelara wayang kulit meliputi beberapa unsur kesenian sekaligus
seperti seni peran, seni musik, seni mendongeng, dan lain-lain. Sejak
jaman kemunculan hingga perkembangannya pagelaran seni wayang kulit
sendiri difungsikan sebagai media hiburan, pendidikan, media penerangan /
dakwah dan banyak lagi lainnya. Menurut penelitian wayang kulit adalah
kesenian asli asal Indonesia khususnya Pulau Jawa. Keberadaannya telah
ada sejak berabad-abad lalu bahkan sebelum agama Hindu masuk Indonesia,
kebanyakan muatan ceritanya mengangkat soal kisah Ramayana dan
Mahabharata yang telah disesuaikan dengan kebudayaan orang Jawa.
Penyesuaian konsep filsafat ini berdasarkan pandangan filosofis
masyarakat Jawa mengenai kedudukan para dewa dalam dunia pewayangan.
Hadirnya tokoh Punakawan dalam pewayangan sengaja diciptakan oleh para
budayawan Indonesia untuk memperkuat konsep filsafat bahwa tidak ada
satu makhluk pun yang sempurna di dunia ini, contohnya manusia pasti
pernah melakukan kesalahan atau khilaf, tak ada yang benar-benar baik
atau benar-benar buruk, begitu ibaratnya. Namun makin kesini makin
diperkenalkan pula cerita wayang yang memuat kisah masa kerajaan
Majapahit. Menurut seorang ahli sejarah dan kebudayaan asal Belanda Dr.
GA. J. Hazeau mengatakan bahwa wayang merupakan walulang inukir (kulit
yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir.
Ada yang meyakini wayang berasal dari
Jawa Tengah, ada pula yang menyebut berasal dari Jawa Timur, namun
apapun itu semua sama-sama meyakini budaya wayang diperkirakan sudh
lahir di Indonesia sejak zaman pemerintahan Prabu Airlangga, Raja
Kahuripan (976-1012) saat kerajaan Jawa Timur sedang mencapai
kemakmuran, sedangkan karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang
ditulis oleh para pujangga Indonesia dari mulai abad X. Wayang bisa
dibilang sebagai kesenian yang sudah sangat tua usianya, diperkirakan
wayang kulit telah eksis sejak jaman neolithikum atau kira-kira 1500
tahun sebelum masehi. Pagelaran wayang kulit ditampilkan dalam sebuah
layar bayangan yang menggunakan kelir atau secari kain sebagai pembatas
antara dalang dengan penonton. Penonton hanya akan melihat
gerakan-gerakan wayang melaluibayangan yang terpampang pada kelir.
Pagelaran wayang didukung oleh alunan musik yang timbul dari seperangkat
gamelan, alat musik tradisional jawa yang terbuat dari kayum perunggu,
juga kulit binatang dan disempurnakan dengan alunan senandung pesinden.
Masuknya agama Islam ke Indonesia di abad ke 15 juga membawa perubahan
yang signifikan pada cerita , konsep religi dan falsafah wayang. Wayang
kulit sendiri umumnya dibuat dari kulit kerbau yang sudah mengalami
proses panjang hingga menjadi lembaran yang kemudian dipahat dengan alat
khusus oleh seseorang yang ahli serta menggunakan alat berupa besi
runcing berbahan baja hinga terbentuklah tokoh wayang dengan
bagian-bagian tubuh menyerupai lengan, siku, tangan. Kaki, tubuh
manusia, dan sebagainya. Tangkai wayang dibuat dari tanduk kerbau,
tangkai wayang berfungsi untuk menggerakkan bagian lengan. Peran penting
dalam Pagelaran Wayang Kulit dipegang oleh Dalang, yakni julukan untuk
seseorang yang beetugas sebagai narator sekaligus menggerakkan
tokoh-tokoh wayang yang dimainkannya. (Arisca Meir/ensiklopediaindonesia.com) (Foto: wayangkulitsmp2252.blogspot.com ; ajimachmudi.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar